Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Untuk Waktu Yang Panjang

Untuk memulai catatan kecil ini, aku tidak tau harus memulai dari mana, aku tidak tau harus bagaimana. Yang jelas, aku hanya ingin berbicara tentang sebuah pertemuan, tentang permulaan, tentang awal-awal. Cerita pendek yang tak akan pernah usai, cerita sesaat yang tak akan pernah berhenti walau kita terpisahkan jarak sejauh apapun. Meski mata tak saling menatap, meski langkah kaki tak menapak tempat yang sama. Aku, akan memulai dengan sebuah pertemuan. Ini bukan cerita, ini hanya catatan yang berserakan, yang kukumpulkan untuk mengabadikan kenangan-kenangan ku bersama mu. Ini untuk seseorang yang hatinya patah, untuk kalian yang sudah lama terpenjara di bianglala perasaan. Ini untukku agar terus semangat berbenah, agar diri makin memahami hakikat pertemuan. Agar hati yang kupendam makin terlapangkan. Ini sebuah catatan kecil. Untuk menginsyafi, bahwa sejatinya, dalam perjalanan panjang yang di lalui, kita tak akana pernah saling memiliki. Kamu; satu kata yang menjadikanku selalu berp

Aku Mampu, dan Perjalanan Yang Harus di Tuju

Gambar
Saat kulihat dunia kini, ternyata kehidupan tak seindah warna yang di tawarkan. Masa depan yang memisteri, pribadi yang kadang terbolak-balik, lelaku yang jauh dari baik, membuat perjalanan susah di tebak. Kadang terlintas di benak, apakah perjalanan yang begitu panjang ini mampu untuk di lewati, setelah mengetahui bahwa ia berliku dan memiliki duri di sana-sini? Mampukah? Sebagai seorang lelaki misalnya, yang kelak akan menjadi pengatur sebuah pernikahan. Beban dipundak berlipat, bekal yang di siapkan tentu berat. Maka, benak ini menjadi kerdil. Terlebih sekarang masih sebagai lelaki yang masih membutuhkan ulur tangan seseorang. Sebegitu nikmatkah pernikahan yang di tawarkan? Mungkin iya, di dua, tiga, lima, atau di empat tahun pertama saja. Selebihnya adalah seonggok perjuangan untuk melatih kesetiaan. Ya sebab, baru di detik lalu mata ini menyaksikan, lelaki yang dulu ku kenal tangguh, pejuang kehidupan, rela demi apapun untuk menguatkan pernikahan, wajahnya ceria di hari-h

Pergi MendekatiNya, Baru Kemudian dia

Gambar
Kamu-- Jika kamu menghijrahkan diri dari dia kepada Dia, maka Dia akan mendekatimu sedekat-dekatnya. Jika kamu meninggalkan dia untuk kemudian mendekatiNya agar menemukan dia, maka hatimu kurang peka kepada Dia. Tinggalkan dia karna Dia, untuk Dia. Jikapun nanti kamu tak menemukan dia, hatimu sungguh telah sempurna untuk Dia. Jika kamu memenuhi hatimu dengan dia tapi lupa pada Dia, maka Dia akan menyibukkanmu untuk dunia. Jika rasa yang tumbuh kepada dia jauh lebih rimbun dari pada kecintaan pada Dia, maka kamu tak kan pernah menemukan apa itu bahagia. Jika dia lebih kamu bayangkan pesonanya daripada gigil takut kepada Dia, maka semestamu akan linglung kedepannya. Absurd dan tak bercahaya. Dia, Dia, Dia baru kemudian dia. Hijrahkan hatimu untuk Dia, tapi mendakiti Dia bukan agar menemukan dia. Dekati Dia dengan kepercayaan bahwa esok dia akan menemukan kita. Jikapun tidak, setidaknya hati kita telah sempurna kepada Dia. Zen. Ruang Berjendela, 050817